KitabIhya 'Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali merupakan khazanah Islam yang dikenal secara luas di kalangan umat. Selain karena pribadinya yang menonjol dan disebut-sebut sebagai mujaddid (pembaharu dalam agama), juga karena uraian dalam Ihya dekat dengan alam dan kehidupan Muslim, seperti persoalan ritual, akhlak, maupun sosial.. Buku ini lahir ketika ilmu-ilmu Islam sudah hampir tergusur AlGhazali menempuh pendidikan dasar di kota Tus. [7] Ia mulai belajar ilmu agama tingkat dasar dari seorang guru bernama Ahmad bin Muhammad Razkafi. [10] Pada tingkat dasar, dia mendapat pendidikan secara gratis dari beberapa orang guru karena kemiskinan keluarganya. Sakingahlinya di bidang filsafat, ia mendapat julukan guru Begitupula diantaranya bidang-bidang ilmu yang dikuasai imam al-Ghazali (ushuluddin) ushul fiqh, mantiq, filsafat, dan tasawuf. yang dimenangkannya ini, namanya semakin populer dan disegani karena keluasan ilmunya. Pada tahun 484 H/1091 M, Imam al Ghazali diangkat menjadi guru besar di madrasah Nidzhamiyah, ini dijelaskan dalam bukunya al A Disebabkan oleh ulah tangan manusia itu sendiri. B. Disebabkan oleh ulah tangan manusia dan jin. C. Disebabkan karena takdir Allah yang tak bisa dihindari. D. Disebabkan oleh tangan makhluk-makhluk Allah yang jahil. E. Disebabkan oleh kebodohan manusia. Demikianlah 50 Soal PPPK dan Pembahasan Guru Pendidikan Agama Islam (PAI). Imamal-Ghazali telah mengembara selama 10 tahun. Dia telah mengunjungi tempat-tempat suci di daerah-daerah Islam besar seperti Mekkah, Madinah, Yerusalem, dan Mesir. Dia dikenal sebagai filsuf Islam yang telah mengharumkan nama ulama di Eropa melalui karya berkualifikasi tinggi. Sejak kecil ia telah dididik dengan karakter luhur. 5SX8i. - Biografi Imam Al-Ghazali mempunyai nama lengkap Abu Hamid Ibn Muhammad Ibn Ahmad Al-Ghazali, ia adalah bapak tasawuf modern. Tokoh Islam yang lahir di daratan Iran ini sempat mempelajari ilmu tasawuf dan mengembangkannya. Al-Ghazali dilahirkan pada 1058 Masehi atau 450 Hijriah di Thus, Khurasan, Iran Sirajuddin, Filsafat Islam, 2007, hlm. 155. Terkait nama tokoh ini, diberikan sebagai bentuk pekerjaan ayah dan desa tempat kelahirannya. Ghazzali ternyata punya arti “tukang tenun atau tukang pintal benang”. Pekerjaan tersebut dilakukan oleh kedua orang tua Al-Ghazali. Sementara itu, desa Ghazali merupakan wilayah tempat pria ini dilahirkan. Keduanya diklaim memiliki hubungan dalam pemberian nama. Terlepas dari nama besarnya, bagaimana profil singkat Imam Al-Ghazali yang merupakan bapak tasawuf modern? Biografi Imam Al-Ghazali Al-Ghazali hidup bersama kedua orang tua dan satu saudara. Menurut situs Layanan Dokumentasi Ulama dan Keislaman, Al-Ghazali bersama saudaranya menjadi anak yatim sejak usia dini dan dititipkan kepada teman mendiang ayahnya. Lebih lanjut dari itu, mereka berdua pun dirawat dan diberikan ajaran oleh orang yang dititipkan. Kemudian, Al-Ghazali bersekolah di madrasah lantaran harta peninggalan ayahnya sudah tak mampu untuk menutupi kebutuhan. Hal ini dilakukan oleh tokoh tasawuf bersama saudaranya lantaran disuruh oleh pengasuh. Akhirnya, mereka menjalankan perintah tersebut dan memperoleh tambahan ilmu dari sana. Pendidikan Imam Al-Ghazali Sejak usia dini, Al-Ghazali sudah memperoleh ilmu fikih dari guru bernama Syaikh Ahmad bi Muhammad Ar Radzakani. Pelaran tersebut didapatkannya kala masih tinggal di daerah Khurasan. Setelah itu, pria ini pergi ke Jurjan. Di kota baru ini, ia mempelajari ilmu lain dengan guru yang namanya Imam Abi Nashr Al Isma’ili. Bukan hanya belajar, ternyata ia juga sempat menulis sebuah buku berjudul At Ta’liqat. Pendidikan di sana usai, Ghazali pulang ke kampung halamannya. Di sana, ia berguru mengemban lagi pelajran dari guru yang sebelumnya pernah mengajarnya. Setelah itu, pergi ke Kota Naisabur. Di tempat baru ini, ia memperoleh berbagai macam ilmu baru dari Imam Haramin Al Juwaini. Di antaranya ada ilmu fikih mazhab Syafi’i, perdebatan, ushul, hikmah, logika, khilaf, dan filsafat. Pekerjaan dan Wafatnya Berdasarkan catatan situs An Nur Lampung, Al-Ghazali sempat ditunjuk menjadi guru besar Madrasah Nizhamiyah, Baghdad. Bahkan, ia juga sempat diangkat sebagai rektor di universitas dengan nama yang sama. Kala menjabat di pekerjaan tersebut, terdapat hasil buku atau karya yang telah dibuatnya. Di antaranya berisi tentang fiqih, ilmu-ilmu kalam, Ismailiyah, filsafat, dan sanggahan terhadap aliran kebatinan. Setelah usai dari pekerjaan di kota tersebut, Al-Ghazali pindah ke Mekkah lalu pergi lagi ke Damaskus. Di tempat terkakhir ini, Ghazali menghabiskan waktu hanya untuk beribadah atau mengikuti jalan sufi. Selepas dari sana, ia kembali ke Baghdad untuk mengajar. Setelah itu, baru kembali lagi ke kampung halamannya dengan menjalankan profesi yang sama. Yunasril Ali dalam Perkembangan Pemikiran Falsafi dalam Islam 1991, hlm. 57, menyebut bahwa Al-Ghazali wafat pada 1111 Masehi atau 505 Hijriah. - Pendidikan Kontributor Yuda PrinadaPenulis Yuda PrinadaEditor Yulaika Ramadhani Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Pemahaman akan Tuhan adalah sesuatu yang sentral bagi seorang muslim. Islam, yang membawa doktrin tauhid, dituntut untuk menjelaskan bagaimana maksud ajaran tauhid secara rasio. Dr. Abu al-Ala Afifi menerangkan bahwa pembahasan tentang Tuhan pada akhirnya mengantarkan ulama saat itu kepada pemahaman bahwa Tuhan adalah wujud hakiki dan yang lain adalah wujud artifisial karena yang lain itu tidak harus ada mumkin al-wujud. Konsekuensinya alam adalah ketiadaan karena yang hakiki hanyalah Allah SWT. Sebagai penjelasan pada artikel ini, setidaknya ada 4 hal yang harus bahas, yaitu Tauhid, Biografi Imam Ghazali,Pemikiran tauhid Imam Ghazali, dan Tauhid menurut bahasa yaitu masdar/kata benda dari kata yang berasal dari bahasa arab yaitu "wahhada-yuwahhidu-tauhiidan" yang artinya menunggalkan sesuatu atau keesaan. Yang dimaksud disini adalah mempercayai bahwa Allah itu esa. Sedangkan secara istilah ilmu Tauhid ialah ilmu yang membahas segala kepercayaan-kepercayaan yang diambil dari dalil dalil keyakinan dan hukum-hukum di dalam Islam termasuk hukum mempercayakan Allah itu esa. Ilmu tauhid adalah sumber semua ilmu-ilmu keislaman, sekaligus yang terpenting dan paling utama. Allah SWT berfirman "Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan Yang Haq melainkan Allah." Muhammad 19 Perkara dasar yang wajib dipercayai dalam ilmu tauhid ialah perkara yang dalilnya atau buktinya cukup terang dan kuat yang terdapat di dalam Al Quran atau Hadis yang shahih. Perkara ini tidak boleh dita'wil atau ditukar maknanya yang asli dengan makna yang tauhid memiliki 4 sebutan, diantaranya sebagai berikut 'Aqa'id 'Aqdun artinya tali atau pengikat. 'Aqa'id adalah bentuk jama' dari 'Aqdun. Disebut 'Aqa'id, karena didalamnya mempelajari tentang keimanan yang mengikat hati seseorang dengan Allah, baik meyakini wujud-Nya, ke-Esaan-Nya atau Kalam kalam artinya pembicaraan. Disebut ilmu kalam, karena dalam ilmu ini banyak membutuhkan diskusi, pembahasan, keterangan-keterangan dan hujjah alasan yang lebih banyak dari ilmu lain. Ushuluddin Ushuluddin artinya pokok-pokok agama. Disebut Ilmu Ushuluddin, karena didalamnya membahas prinsip-prinsip ajaran agama, s huedang ilmu yang lainnya disebut furu'ad-Din cabang-cabang agama, yang harus berpijak diatas Ma'rifat ma'rifat artinya pengetahuan. Disebut ilmu ma'rifat, karena didalamnya mengandung bimbingan dan arahan kepada kepada umat manusia untuk mengenal Imam Ghazali Al-Ghazali nama aslinya Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-Syafi'i lahir di Thus; 1058 / 450 H - meninggal di Thus; 1111 / 14 Jumadil Akhir 505 H; umur 52-53 tahun adalah seorang filsuf dan teolog muslim Persia, yang dikenal sebagai Algazel di dunia Barat abad berkuniah Abu Hamid karena salah seorang anaknya bernama Hamid.[butuh rujukan] Gelar dia al-Ghazali ath-Thusi berkaitan dengan ayahnya yang bekerja sebagai pemintal bulu kambing dan tempat kelahirannya yaitu Ghazalah di Bandar Thus, Khurasan, Persia kini Iran. Sedangkan gelar asy-Syafi'i menunjukkan bahwa dia bermazhab Syafi'i. Ia berasal dari keluarga yang miskin. Ayahnya mempunyai cita-cita yang tinggi yaitu ingin anaknya menjadi orang alim dan saleh. Imam Al-Ghazali adalah seorang ulama, ahli pikir, ahli filsafat Islam yang terkemuka yang banyak memberi sumbangan bagi perkembangan kemajuan manusia. Ia pernah memegang jabatan sebagai Naib Kanselor di Madrasah Nizhamiyah, pusat pengajian tinggi di Baghdad. Imam Al-Ghazali meninggal dunia pada 14 Jumadil Akhir tahun 505 Hijriah bersamaan dengan tahun 1111 Masehi di Thus. Jenazahnya dikebumikan di tempat kelahirannya. Di dalam muqaddimah kitab Ihya 'Ulumuddin, Dr. Badawi Thabana, menulis hasil-hasil karya Ghazali yang berjumlah 47 kitab, namun di sini penulis hanya akan mencantumkan beberapa karya al-Ghazali, antara lain 1 2 3 Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya - Salah satu pemikir besar dalam dunia Islam adalah Al-Ghazali atau yang dikenal dengan Imam Ghazali. Imam Ghazali adalah seorang akademisi serta ahli tasawuf yang telah melahirkan karya-karya fenomenal. Salah satu karya terkenal dari Imam Ghazali berjudul Ihya Ulumuddin Kebangkitan Ilmu Pengetahuan Agama.Semasa muda, Al-Ghazali merupakan seorang pemuda yang haus akan ilmu pengetahuan. Ia pendai dalam ilmu tafsir Al Quran, hadis, ilmu kalam, dan filsafat. Beberapa sejarawan Muslim menganggapnya sebagai seorang Mujaddid, yakni seorang pembaru iman yang muncul sekali setiap abad untuk memulihkan iman umat Islam. Selain itu, Imam Al-Ghazali adalah sosok yang terkenal sebagai Bapak Tasawuf Modern. Baca juga Jabir bin Hayyan, Bapak Ilmu Kimia Modern Masa kecil Al-Ghazali Al-Ghazali lahir di Thus, Iran, pada 450 H atau 1058 dengan nama asli Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Ath-Thus. Sejak kecil, ia sudah menjadi anak yatim karena ditinggal ayahnya. Namun, sebelum meninggal, ayahnya menitipkannya ke salah satu sahabatnya untuk mengurus pendidikannya. Al-Ghazali pun cukup beruntung karena berada di wilayah yang ditinggali para penyair, penulis, dan ahli agama Islam. Pendidikan Al-Ghazali Al-Ghazali mendapatkan pendidikan dasar di tanah kelahirannya, di Kota Thus. Ia belajar ilmu agama bersama seorang guru bernama Ahmad bin Muhammad Razkafi. Al-Ghazali kecil telah pandai berbahasa Arab dan Parsi. Ia kemudian belajar mengenai ilmu ushuluddin, ilmu mantiq, ushul fikih, filsafat, dan mahzab-mahzab besar Islam. Selepas itu, ia melanjutkan pendidikan di bidang ilmu fikih di Jarajan. Guru Imam Al-Ghazali saat itu adalah Imam Harmaim di Naisabur. Baca juga Imam Al-Qurthubi, Ahli Tafsir Terkenal dari Andalusia Selain itu, Al-Ghazali juga mengembara ke berbagai wilayah untuk menuntut ilmu, seperti ke Mekkah, Madinah, Mesir, dan Yerusalem. Berkat kegigihannya dalam belajar, pada 484 H atau 1092, Al-Ghazali diangkat menjadi rektor Madrasah Nizhamiyah di Bagdad. Tasawuf Imam Al-Ghazali Sebagai ahli dalam bidang tasawuf, yang kemudian dijuluki sebagai Bapak Tasawuf Modern, Imam Al-Ghazali memiliki beberapa inti ajaran, sebagai berikut. At-Thariq Imam Al-Ghazali berpendapat bahwa seorang muslim yang ingin mendapatkan jalan Tasawuf harus melalui lima jenjang, yakni taubat, sabar, kefakiran, zuhud, dan tawakal. Baca juga Ilmuwan Muslim pada Masa Dinasti Ayyubiyah dan BidangnyaMakrifat Setelah lima tingkatan At-Thariq, Imam Al-Ghazali menganjurkan untuk memahami makrifat atau memahami pengetahuan terkait ketuhanan tanpa keraguan sedikit pun. Imam Al-Ghazali menekankan setiap umat Islam mengetahui pengetahuan tentang Allah SWT tanpa meragukannya. Ia juga berpendapat bahwa untuk mencapai pemahaman terkait Allah SWT, setiap umat Islam harusnya memiliki hati yang bersih atau suci. Tingkatan manusia Dalam ajaran tasawuf Imam Al-Ghazali, terdapat tiga tingkatan dalam manusia, yakni orang awam memiliki pemikiran sederhana, kaum pilihan atau golongan Khawas berpikir tajam dan mendalam, dan kaum ahli debat mampu mempersuasi orang dan mematahkan argumen. Kebahagiaan Menurut Imam Al-Ghazali, kebahagiaan menjadi tujuan akhir dalam perkenalannya dengan Allah SWT. Dalam konsep tasawuf Imam Al-Ghazali, kebahagiaan itu didapatkan melalui ilmu dan amal. Dengan memahami suatu konsep dan mempraktikkannya, maka manusia akan menemukan kebahagiaan. Baca juga Jamaluddin al-Afghani Biografi, Pemikiran, dan Ide Pembaharuan Akhir hayat Imam Al-Ghazali Imam Al-Ghazali merupakan seorang yang sangat mencintai ilmu pengetahuan sehingga ia rela meninggalkan kehidupan duniawinya. Selama hidupnya, ia suka mengembara untuk mencari ilmu. Pada masa senjanya, Imam Al-Ghazali pulang ke Thus dan mendirikan sekolah di samping rumahnya. Ia juga membangun asrama untuk murid-muridnya yang belajar di sekolahnya. Al-Ghazali menikmati hari tuanya dengan membaca Al Quran, berkumpul dengan ahli ibadah, dan mengajar para penuntut ilmu. Imam Al-Ghazali meninggal dunia pada tahun 1111 ketika berusia 58 tahun. Baca juga Siapakah Imam Nawawi? Karya Imam Al-Ghazali Imam Al-Ghazali yang menjadi ilmuwan dan ahli tasawuf memiliki beberapa karya dalam bentuk kitab. Berikut adalah beberapa karya Imam Al-Ghazali. Ihya Ulumuddin Al-Munqidh min al-Dalal Minhaj al-'Abidin Al-Munqidh min al-Dalal Al-Maqsad al-Asna fi Sharah Asma' Allahu al-Husna Faysal al-Tafriqa bayn al-Islam Wal-Zandaqa Maqasid al Falasifa Tahafut al-Falasifa Al-Qistas al-Mustaqim Referensi Jauhari, Wildan. 2018. Hujjatul Islam al-Imam al-Ghazali. Jakarta Penerbit Rumah Fiqih. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. 403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID AgUJcKrvytquAE57ZLB33CQo9kR_LY2rHGuwbSIOoZR8K_QGMFOW2g== - Al-Ghazali memberikan pengaruh signifikan kepada para filsuf dari lintas agama pada abad pertengahan. Al-Ghazali lahir pada 450 H atau antara Maret 1058 hingga Februari 1059 M dengan nama asli Abu Hamind ibn Muhammad atau dikenal sebagai Algazel oleh orang Barat, adalah teolog Muslim, ahli hukum, filsuf, dan seorang mistik dari Persia. Ia lahir di kota Tabaran di distrik Tus yang sekarang terletak di Iran modern. Baca juga [Biografi Tokoh Dunia] Abbas Ibnu Firnas, Orang Pertama Pencipta Mesin Penerbangan dari Abad ke-8 Menurut catatan biografi tokoh dunia yang dilansir dari Famous Philosophers, ayah Al-Ghazali meninggal di tengah kemiskinan yang parah. Sang ayah menitipkan Al-Ghazali dan adik laki-lakinya, Ahmad, dalam perawatan seorang sufi. Al-Ghazali mulai menerima pengajaran ilmu hukum Islam dari seorang guru lokal bernama Ahmad al-Radhakani. Haus ilmu, Al-Ghazali kemudian pergi berguru dengan Al-Juwayni di Nishapur tentang ilmu hukum dan teologi. Ia berguru hingga ajal menjemput Al-Juwayni. Setelah itu, Al-Ghazali kemudian bergabung menjadi pemimpin agama di istana Nizam al-Mulk, yang saat itu menjadi wazir atau setara perdana menteri dari sultan Suljuk di Isfahan pada 1085. Atas dedikasi pada ilmu agama dan penerapannya, Al-Ghazali dianugerahi gelar "Kecemerlangan Agama" dan "Mulia di antara Para Pemimpin Agama". Baca juga [Biografi Tokoh Dunia] Ibnu Khaldun, Sejarawan Muslim Peletak Dasar Ilmu Sosial Dunia Pada 1091, Nizam al-Mulk mempromosikan Al-Ghazali menjadi guru besar di madrasah Nizamiyya di Baghdad. Namun, 4 tahun kemudian, pada 1095, Al-Ghazali mengalami krisis spiritual. Guru besar ini lalu meninggalkan kariernya di Baghdad untuk pergi berziarah ke Mekkah. Dia menghabiskan beberapa waktu di Damaskus dan Yerusalem, dalam perjalanannya mengunjungi Mekkah dan Madinah pada 1096, Al-Ghazali kembali ke Tus menghabiskan beberapa tahun berikutnya dalam pengasingan, yang tidak mengikuti ajaran yang disokong oleh negara. Namun, Al-Ghazali tetap menerbitkan karya, menerima tamu, serta mengajar di madrasah swasta dan biara Sufi yang dibangunnya. Wazir Agung Ahmad Sanjar, Fahr al-Mulk, mendesak Ghazali untuk kembali ke Nizamiyya di Nishapur. Awalnya, ia bersikeras menolak, tetapi akhirnya diterimanya pada 1106. Baca juga [Biografi Tokoh Dunia] John Philip Holland, Pencipta Kapal Selam Modern Selama hidup al-Ghazali ia menulis lebih dari 70 buku tentang sains, filsafat Islam, dan tasawuf. Al-Ghazali menerbitkan bukunya The Incoherence of Philosophers, hal ini ditandai sebagai titik balik dalam epistemologi Islam. Pandangan skeptisismenya membuat Al-Ghazali membentuk keyakinan bahwa semua peristiwa dan interaksi bukanlah produk dari konjungsi material, melainkan kehendak Tuhan yang hadir dan langsung. Karya Al-Ghazali lainnya yang paling terkenal adalah Ihya "Ulum al-Din" atau Kebangkitan Ilmu Agama. Karya tersebut mencakup hampir semua bidang ilmu Islam. Ini termasuk yurisprudensi Islam, teologi, dan tasawuf. Buku tersebut mendapat banyak komentar positif. Baca juga [Biografi Tokoh Dunia] Charlemagne, Penguasa Eropa Abad Pertengahan yang Ubah Rakyatnya Jadi Kristen Al-Ghazali kemudian menulis versi ringkas dari "The Revivial of Religious Sciences in Persia" dengan judul "Kimiya-yi sa'adat" yang juga dikenal sebagai "The Alchemy of Happiness". Al-Ghazali memberikan pengaruh signifikan kepada para filsuf dari lintas agama pada abad pertengahan. Salah satu yang paling terpengaruh adalah St Thomas Aquinas. Al-Ghazali juga memainkan peran utama dalam menggabungkan Sufisme dan Syariah. Dia adalah orang pertama yang menggabungkan konsep tasawuf ke dalam hukum Syariah dan yang pertama memberikan deskripsi formal tasawuf dalam karya-karyanya. Al-Ghazali kembali ke Tus pada 1110 dan menolak undangan wazir agung Muhammad I untuk kembali ke Baghdad. Menurut sebagian besar sejarawan dan catatan biografi tokoh dunia, Al-Ghazali meninggal pada 18 Desember 1111. Baca juga [Biografi Tokoh Dunia] Ibnu Sina, Filsuf Muslim Perintis Ilmu Kedokteran Dunia Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

siapakah guru pertama al ghazali di bidang tauhid